Anafilactic shock atau Syok Anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang mengancam nyawa, dengan angka kematian sekitar 0,7 - 1,4% dari seluruh kasus (Kumar et all.,2020). Syok Anafilaktik ditandai dengan penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan sirkulasi, dan gangguan organ vital lainnya. Anafilaktik syok dapat terjadi dalam hitungan menit setelah terpapar alergen, dan jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dapat berakibat fatal. Keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan dapat menyebabkan kematian atau cedera otak permanen. Penyebab utama anafilaksis meliputi alergi terhadap makanan, obat-obatan, sengatan serangga, serta faktor-faktor lingkungan lain seperti lateks. Gejala yang muncul sangat bervariasi, mulai dari ruam kulit, sesak napas, hingga penurunan kesadaran yang mengarah pada syok dan kegagalan organ. Tatalaksana anafilaktik syok memerlukan penanganan yang sangat cepat, dengan fokus utama pada stabilisasi hemodinamik, pemulihan jalan napas, serta pencegahan penyebaran reaksi alergi lebih lanjut. Penggunaan epinefrin sebagai terapi utama, bersama dengan terapi suportif lainnya seperti cairan intravena, oksigen, dan obat-obatan penunjang, sangat penting dalam penanganan kasus ini.
Mengingat potensi bahayanya, penanganan anafilaktik syok memerlukan pengetahuan yang mendalam dan keterampilan klinis yang baik. Oleh karena itu, penting bagi tenaga medis untuk mengenali gejala-gejala awal anafilaksis dan melakukan tindakan diagnostik serta terapi dengan tepat. Penelitian tentang penatalaksanaan anafilaktik syok terus berkembang, dan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme patofisiologi serta protokol pengobatan yang lebih efektif dapat membantu menurunkan angka kematian akibat kondisi ini.